JEPARA – Suasana Pengajian Selapan Ahad Pahing yang digelar di Pendopo Peringgitan Kabupaten Jepara pada Minggu (25/5/2025) berlangsung khidmat dan meriah. Berbeda dari biasanya, kali ini antusiasme para jamaah tampak luar biasa. Puluhan jamaah memadati pendopo sejak pagi hari, didampingi para tokoh agama dan perwakilan kepala perangkat daerah.
Acara diawali dengan lantunan shalawat dan dzikir dari Jamaah Kyai Mojo yang turut membawa suasana hati hadirin larut dalam kekhusyukan. Pengajian ini turut dihadiri oleh Wakil Bupati Jepara Muhammad Ibnu Hajar, atau akrab disapa Gus Hajar, Ketua PCNU Jepara KH. Charis Rohman, KH. Zainal Habib, serta Ketua Jamaah Kyai Mojo, Ali Mashudi.
Dalam sambutannya, Gus Hajar menyampaikan rasa syukur atas terus berlangsungnya majelis ilmu ini yang telah menjadi tradisi masyarakat Jepara. Ia mengapresiasi semangat jamaah yang istiqomah hadir dalam pengajian setiap Ahad Pahing.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Jepara, kami sangat bersyukur atas keistiqomahan para jamaah. Semoga pengajian ini bisa terus berlangsung hingga yaumil qiyamah. Ini adalah salah satu pagar spiritual Jepara, selama masih ada dzikir, shalawat, dan pengajian, insyaallah Jepara akan selalu dalam lindungan Allah SWT” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah berharap untuk kegiatan keagamaan serupa diadakan hingga ke tingkat desa. Bahkan, direncanakan setiap tahun akan digelar acara “Jepara Bersholawat” yang diharapkan dapat dilaksanakan di Alun-Alun Jepara sebagai bentuk doa bersama untuk keberkahan dan keselamatan daerah.
Sementara itu, dalam tausiyahnya, KH. Charis Rohman menyampaikan pentingnya menjadikan seluruh tempat sebagai taman surga, bukan hanya pendopo. Hal itu menurutnya hanya bisa terwujud bila masyarakat terus menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Ia mengurai perjalanan hidup manusia yang melalui berbagai tahapan, dimulai dari Aqobatul Ilmi (tahapan ilmu) yang menjadi dasar memahami jati diri dan tujuan hidup. Kemudian, manusia akan menghadapi berbagai rintangan (Aqobatul Awaiq), baik dari lingkungan sosial seperti teman yang iri hati, maupun tantangan ekonomi.
“Rintangan terbesar dalam hidup adalah ekonomi, bukan hanya bagaimana mencarinya, tapi juga bagaimana mengelolanya. Banyak orang tidak gagal dalam mencari rezeki, tapi gagal dalam mengelola hasilnya” jelasnya.
KH Charis menekankan pentingnya hidup sederhana sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Ia menuturkan kisah Rasulullah yang hidup cukup hanya dengan kurma dan air putih, namun tetap penuh keberkahan.
Kesederhanaan, gemi tur setiti (hemat dan teliti), serta tidak mudah mengadakan acara yang memberatkan, merupakan nilai-nilai yang harus diteladani dari Nabi. (DiskominfoJepara/Alim)